Rabu, 12 September 2012

Koran Jakarta 
KOMUNITAS BATIK BANGET
Mengenalkan Batik Melestarikan Sejarah
Mengenalkan Batik Melestarikan Sejarah
DOK KOMUNITAS BATIK BANGET
Perjuangan untuk mengenalkan batik yang telah diterima oleh UNESCO sejak 2009 sebagai warisan budaya dunia belum berhenti. Tantangan banyak bermunculan mengiringi semakin gencarnya produk busana batik yang didominasi produk batik cap atau printing, belum lagi urusan regenerasi pembuat batik yang sekarang ini terhenti.

Persoalan regenerasi pembatik ini sudah cukup memprihatinkan karena hanya generasi tua saja yang masih mau melakukan produksi batik. Generasi muda di sentra batik lebih memilih profesi lain ketimbang mewarisi pekerjaan dari orang tuanya. Menyadari peliknya masalah memperjuangkan batik ini, maka muncullah kepedulian rakyat melalui dibentuknya Komunitas Batik Banget Indonesia (KBBI).

Awal didirikan tahun 2008, komunitas ini hanya ingin mengenalkan batik Indonesia dan melestarikan batik. Menurut Ismoyo W Bimo, penggagas Komunitas Batik Banget Indonesia, ketika itu, batik belum banyak dipakai dan terbatas penggenaannya untuk acara tertentu. Tapi, kini, setelah batik makin populer, motivasi mengenalkan batik terus berlanjut.

KBBI memiliki aktivitas mempromosikan batik dengan cara mengenalkan sejarah batik, workshop pembuatan batik, pendirian kampung batik, serta aktivitas lainnya. Hal ini ditempuh untuk melestarikan motif batik dan regenerasi pembuat batik. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat karena mereka dinilai masih awam.

Bimo mengatakan meski masyarakat setiap hari melihat motif batik, umumnya tidak mengenal jenis motif dan filosofi dari motif batik ini. Ia percaya jika mereka semakin mengenal motif batik, rasa cintanya kepada batik akan semakin tumbuh. "Di balik motif batik, ada filosofi , ada makna cerita," ujar Bimo yang mendirikan KBBI bersama dengan Taufik Hidayat dan Muhammad Ridwan.

Khusus untuk kalangan menengah atas, biasanya Bimo melakukannya pengenalan batik di kafe-kafe. Di sini ia berbicara panjang lebar tentang sejarah batik karena audience kafe sangat antusias dengan sejarah batik. Sebagai contoh adalah batik Mega Mendung asal Cirebon.

Menurut Bimo, batik ini tercipta diawali dari perenungan Sultan Cirebon. Dalam perenungannya ia memandang ke langit. Awan ini membuat terpesona Sultan dan akhirnya diciptakan menjadi motif batik yang diberi nama mega mendung. Motif Mega Mendung Cirebon sangat unik.

Motif batik ini sangat berbeda dengan motif batik pada umumnya di wilayah pesisir Jawa. Anomali inilah yang menjadikan batik Mega Mendung menjadi bahan pengetahuan menarik bagi pencinta batik. Bukan berhenti di sini, di Cirebon, antara batik Kesultanan Kauman dan Kesultanan Kanoman memiliki beberapa perbedaan motif.

"Perbedaan batik Cirebon ini harus dipelajari dan dilestarikan untuk menunjukkan betapa kayanya motif batik Cirebon yang umumnya berwarna cerah," tegasnya. Bukan hanya batik Cirebon saja yang mengalami dinamika perubahan.

Di wilayah kekuasaan Mataram dulu, batik memiliki pola yang sama. Namun, seiring dengan lahirnya perjanjian Giyanti 1755 yang membagi kekuasaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta, batik mengalami perbedaan corak di kedua wilayah ini yang menjadi ciri khas masing-masing daerah.

Lantaran memiliki misi mulai melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia, Komunitas Batik Banget Indonesia kini telah memiliki 60 anggota dari perajin batik serta 1.600 orang pemerhati dan penggemar batik. "Sebagian besar di antaranya adalah anak muda," ujar Bimo.

Mereka selama ini berkomunkasi lewat jejaring sosial Facebook. Di sini semua masalah tentang batik diulas secara bersama. Jawaban seputar motif, produksi, pemasaran, dan busana dapat diperoleh melalui jejaring komunitas ini. Festival di Kampung Batik Mimpi KBBI yang kini tengah dirintis yaitu pendirian kampung batik di Jakarta.

Hal ini kemudian terlaksana pada tanggal 21-22 Mei 2011 di kampung rintisan yaitu Kampung Batik Palbatu, Menteng Dalam, Tebet, ketika KBBI menggelar acara festival dengan tema "Indahnya Batik Nusantara". Festival ini diisi dengan acara serbabatik, mulai dari bazar batik, pergelaran budaya, dan kuliner Nusantara.

"Festival ini menjadi ajang penampilan keragaman dan pelestarian batik melalui pameran berbagai jenis dan motif batik dari berbagai penjuru Nusantara," ujar Bimo tentang festival yang akan menjadi event tahunan ini. Kampung Batik Palbatu nantinya akan dijadikan kampung batik Betawi.

Batik Betawi sekarang ini masih eksis, namun diproduksi di Pekalongan. KBBI juga ingin membuat kampung batik Betawi sebagai ajang promosi dan transaksi jual-beli untuk produk batik di Jakarta khususnya, dan Nusantara pada umumnya. hay/L-4

Promosikan Batik Betawi

Pada setiap penyelenggaraan acara Abang-None Jakarta, Ismoyo W Bimo yang merupakan individu yang peduli dan cinta akan batik selalu mempertanyakan dari mana asal batik Betawi dibuat. Hasil penelusurannya memang tak menemukan batik Betawi tersebut diproduksi di wilayah Ibu Kota ini.

Batik Betawi, berdasarkan penelusuran Bimo, diproduksi oleh perajin di Pekalongan sebelum munculnya usaha Seraci Batik Betawi. Kondisi yang tidak biasa ini mendorongnya untuk merintis pembuatan batik Betawi dan menjadikan kampung batik Betawi di Jakarta. "Lewat komunitas ini, kami ingin menjadikan Kampung Palbatu sebagai kampung batik," ujar Bimo.

Jika Solo memiliki kampung batik Laweyan dan Cirebon memiliki kampung batik bernama Trusmi, maka Jakarta, dalam mimpi Bimo, memiliki Kampung Batik Palbatu di Menteng Dalam, Tebet. Saat ini, di Palbatu berdiri 6 gerai batik. Rencananya nantinya gerai di sini akan bertambah menjadi 20 rumah.

Sekarang ini, di Palbatu, batik Betawinya masih kurang dominan dibandingkan dengan motif batik dari tempat lain. Untuk melestarikan batik Betawi, Komunitas Batik Banget (KBBI) telah menggandeng perajin batik bernama Seraci Batik Betawi yang dimiliki oleh Ernawati.

Menurut Ernawati, batik Betawi yang dibuatnya telah mulai berkembang dan dikenal sejak 2010. Batik Betawi, menurut Ernawati, memiliki ciri warna yang ngejreng dan memiliki motif yang khas seperti gigi balang, pohon, dan sejenisnya. Motif si Pitung Ngelancong, motif Ngangon Kerbau, Nglajo, Nderep, Ndemplak, dan lainnya adalah motif-motif yang diperkenalkan oleh Seraci Batik Betawi.

Untuk mempromosikan batik Betawi, KKBI harus membuat kampung. Beberapa kali Bimo bersama rekannya Harry mencari tempat yang cocok. Namun, susahnya, seluruh wilayah di Jakarta seperti Tanah Abang dan Bendungan Hilir susah disebut dengan kampung sesuai dengan persepsi pikiran mereka. Sampai akhirnya menemukan lokasi yang sesuai yaitu di Jalan Palbatu di Menteng Dalam, Tebet, yang terhitung masih mudah diakses. hay/L-4

Regenerasi Pembatik Tulis

Sebagai penggagas Komunitas Batik Banget (KKBI), Ismoyo W Bimo mengatakan antusiasme pada batik yang ada di Indonesia ini masih sekadar pada batik cetak atau printed. Batik ini populer dipakai karena pertimbangan harga yang lebih murah dibandingkan batik tulis.

Namun, sebenarnya, menurut Bimo, batik yang sesungguhnya adalah batik yang ditulis dengan canthing dengan bahan malam. Istilah batik berasal dari kata amba dan tik yang artinya menggambar titik, bukan mencetak. Batik cetak, meski masih menggunakan malam dalam pengerjaannya, menurut Bimo dinamika perkembangannya masih belum lama.

Batik cetak ada sejak tahun 1942 ketika para perajin batik telah diperkenalkan penguasaan teknik mencetak pada kain. Oleh karenanya, dalam program pengenalan batik, KKBI mengenalkan batik tulis sebagai batik yang sesungguhnya yang harus dikuasai.

Para generasi muda diperkenalkan bagaimana membatik dengan teknik tulis secara baik dengan mengundang para ahlinya. Sekarang ini, menurut Bimo,KKBI sedang berusaha agar generasi batik tulis tidak habis. Di sentra-sentra batik seperti Pekalongan, Surakarta, Yoyakarta, dan Tasikmalaya misalnya, para pembatik tulis usianya rata-rata sudah uzur.

"Kalau tidak ada penerus tongkat estafet regenerasi siapa yang akan meneruskan?" kata Bimo setengah bertanya. Di zaman serba-instan seperti sekarang, teknik membatik dengan teknik tulis memang membutuhkan waktu pengerjaan yang amat lama, hingga 2-3 bulan untuk menyelesaikannya. Namun, hasil batik tulis memiliki nilai artisitik lebih tinggi dan lebih tinggi nilainya dari sisi komersial.

hay/L-4 & lt;p>Your browser does not support iframes.</p>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar