Kamis, 13 September 2012

sejarah batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran agama Islam di Tanah Jawa. kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja yang lain. Kesenian batik ini mulai menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru sekitar tahun 1920,setelah perang Dunia selesai. Adapun kaitan dengan penyebaran agama Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian nasional Belanda.

Kesenian batik adalah gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton lalu kesenian batik ini dikembangkan oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

ZAMAN MAJAPAHIT
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung yang adalah riwayat pembatikan didaerah ini, dapat diambil dari peninggalan masa kejayaan kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulung agung dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, yang tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di kwali, mojosari,dan daerah-daerah di sekitarnya. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang.
Ciri khas dari batik dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Didalam berkecamuknya tentara kolonial Belanda dengan tentara bala pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian tentara bala pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke timur dan sampai sekarang daerah itu bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung.

Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/1947242-sejarah-batik-nusantara/#ixzz1iE95A9Cc

Rabu, 12 September 2012

Koran Jakarta 
KOMUNITAS BATIK BANGET
Mengenalkan Batik Melestarikan Sejarah
Mengenalkan Batik Melestarikan Sejarah
DOK KOMUNITAS BATIK BANGET
Perjuangan untuk mengenalkan batik yang telah diterima oleh UNESCO sejak 2009 sebagai warisan budaya dunia belum berhenti. Tantangan banyak bermunculan mengiringi semakin gencarnya produk busana batik yang didominasi produk batik cap atau printing, belum lagi urusan regenerasi pembuat batik yang sekarang ini terhenti.

Persoalan regenerasi pembatik ini sudah cukup memprihatinkan karena hanya generasi tua saja yang masih mau melakukan produksi batik. Generasi muda di sentra batik lebih memilih profesi lain ketimbang mewarisi pekerjaan dari orang tuanya. Menyadari peliknya masalah memperjuangkan batik ini, maka muncullah kepedulian rakyat melalui dibentuknya Komunitas Batik Banget Indonesia (KBBI).

Awal didirikan tahun 2008, komunitas ini hanya ingin mengenalkan batik Indonesia dan melestarikan batik. Menurut Ismoyo W Bimo, penggagas Komunitas Batik Banget Indonesia, ketika itu, batik belum banyak dipakai dan terbatas penggenaannya untuk acara tertentu. Tapi, kini, setelah batik makin populer, motivasi mengenalkan batik terus berlanjut.

KBBI memiliki aktivitas mempromosikan batik dengan cara mengenalkan sejarah batik, workshop pembuatan batik, pendirian kampung batik, serta aktivitas lainnya. Hal ini ditempuh untuk melestarikan motif batik dan regenerasi pembuat batik. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat karena mereka dinilai masih awam.

Bimo mengatakan meski masyarakat setiap hari melihat motif batik, umumnya tidak mengenal jenis motif dan filosofi dari motif batik ini. Ia percaya jika mereka semakin mengenal motif batik, rasa cintanya kepada batik akan semakin tumbuh. "Di balik motif batik, ada filosofi , ada makna cerita," ujar Bimo yang mendirikan KBBI bersama dengan Taufik Hidayat dan Muhammad Ridwan.

Khusus untuk kalangan menengah atas, biasanya Bimo melakukannya pengenalan batik di kafe-kafe. Di sini ia berbicara panjang lebar tentang sejarah batik karena audience kafe sangat antusias dengan sejarah batik. Sebagai contoh adalah batik Mega Mendung asal Cirebon.

Menurut Bimo, batik ini tercipta diawali dari perenungan Sultan Cirebon. Dalam perenungannya ia memandang ke langit. Awan ini membuat terpesona Sultan dan akhirnya diciptakan menjadi motif batik yang diberi nama mega mendung. Motif Mega Mendung Cirebon sangat unik.

Motif batik ini sangat berbeda dengan motif batik pada umumnya di wilayah pesisir Jawa. Anomali inilah yang menjadikan batik Mega Mendung menjadi bahan pengetahuan menarik bagi pencinta batik. Bukan berhenti di sini, di Cirebon, antara batik Kesultanan Kauman dan Kesultanan Kanoman memiliki beberapa perbedaan motif.

"Perbedaan batik Cirebon ini harus dipelajari dan dilestarikan untuk menunjukkan betapa kayanya motif batik Cirebon yang umumnya berwarna cerah," tegasnya. Bukan hanya batik Cirebon saja yang mengalami dinamika perubahan.

Di wilayah kekuasaan Mataram dulu, batik memiliki pola yang sama. Namun, seiring dengan lahirnya perjanjian Giyanti 1755 yang membagi kekuasaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta, batik mengalami perbedaan corak di kedua wilayah ini yang menjadi ciri khas masing-masing daerah.

Lantaran memiliki misi mulai melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia, Komunitas Batik Banget Indonesia kini telah memiliki 60 anggota dari perajin batik serta 1.600 orang pemerhati dan penggemar batik. "Sebagian besar di antaranya adalah anak muda," ujar Bimo.

Mereka selama ini berkomunkasi lewat jejaring sosial Facebook. Di sini semua masalah tentang batik diulas secara bersama. Jawaban seputar motif, produksi, pemasaran, dan busana dapat diperoleh melalui jejaring komunitas ini. Festival di Kampung Batik Mimpi KBBI yang kini tengah dirintis yaitu pendirian kampung batik di Jakarta.

Hal ini kemudian terlaksana pada tanggal 21-22 Mei 2011 di kampung rintisan yaitu Kampung Batik Palbatu, Menteng Dalam, Tebet, ketika KBBI menggelar acara festival dengan tema "Indahnya Batik Nusantara". Festival ini diisi dengan acara serbabatik, mulai dari bazar batik, pergelaran budaya, dan kuliner Nusantara.

"Festival ini menjadi ajang penampilan keragaman dan pelestarian batik melalui pameran berbagai jenis dan motif batik dari berbagai penjuru Nusantara," ujar Bimo tentang festival yang akan menjadi event tahunan ini. Kampung Batik Palbatu nantinya akan dijadikan kampung batik Betawi.

Batik Betawi sekarang ini masih eksis, namun diproduksi di Pekalongan. KBBI juga ingin membuat kampung batik Betawi sebagai ajang promosi dan transaksi jual-beli untuk produk batik di Jakarta khususnya, dan Nusantara pada umumnya. hay/L-4

Promosikan Batik Betawi

Pada setiap penyelenggaraan acara Abang-None Jakarta, Ismoyo W Bimo yang merupakan individu yang peduli dan cinta akan batik selalu mempertanyakan dari mana asal batik Betawi dibuat. Hasil penelusurannya memang tak menemukan batik Betawi tersebut diproduksi di wilayah Ibu Kota ini.

Batik Betawi, berdasarkan penelusuran Bimo, diproduksi oleh perajin di Pekalongan sebelum munculnya usaha Seraci Batik Betawi. Kondisi yang tidak biasa ini mendorongnya untuk merintis pembuatan batik Betawi dan menjadikan kampung batik Betawi di Jakarta. "Lewat komunitas ini, kami ingin menjadikan Kampung Palbatu sebagai kampung batik," ujar Bimo.

Jika Solo memiliki kampung batik Laweyan dan Cirebon memiliki kampung batik bernama Trusmi, maka Jakarta, dalam mimpi Bimo, memiliki Kampung Batik Palbatu di Menteng Dalam, Tebet. Saat ini, di Palbatu berdiri 6 gerai batik. Rencananya nantinya gerai di sini akan bertambah menjadi 20 rumah.

Sekarang ini, di Palbatu, batik Betawinya masih kurang dominan dibandingkan dengan motif batik dari tempat lain. Untuk melestarikan batik Betawi, Komunitas Batik Banget (KBBI) telah menggandeng perajin batik bernama Seraci Batik Betawi yang dimiliki oleh Ernawati.

Menurut Ernawati, batik Betawi yang dibuatnya telah mulai berkembang dan dikenal sejak 2010. Batik Betawi, menurut Ernawati, memiliki ciri warna yang ngejreng dan memiliki motif yang khas seperti gigi balang, pohon, dan sejenisnya. Motif si Pitung Ngelancong, motif Ngangon Kerbau, Nglajo, Nderep, Ndemplak, dan lainnya adalah motif-motif yang diperkenalkan oleh Seraci Batik Betawi.

Untuk mempromosikan batik Betawi, KKBI harus membuat kampung. Beberapa kali Bimo bersama rekannya Harry mencari tempat yang cocok. Namun, susahnya, seluruh wilayah di Jakarta seperti Tanah Abang dan Bendungan Hilir susah disebut dengan kampung sesuai dengan persepsi pikiran mereka. Sampai akhirnya menemukan lokasi yang sesuai yaitu di Jalan Palbatu di Menteng Dalam, Tebet, yang terhitung masih mudah diakses. hay/L-4

Regenerasi Pembatik Tulis

Sebagai penggagas Komunitas Batik Banget (KKBI), Ismoyo W Bimo mengatakan antusiasme pada batik yang ada di Indonesia ini masih sekadar pada batik cetak atau printed. Batik ini populer dipakai karena pertimbangan harga yang lebih murah dibandingkan batik tulis.

Namun, sebenarnya, menurut Bimo, batik yang sesungguhnya adalah batik yang ditulis dengan canthing dengan bahan malam. Istilah batik berasal dari kata amba dan tik yang artinya menggambar titik, bukan mencetak. Batik cetak, meski masih menggunakan malam dalam pengerjaannya, menurut Bimo dinamika perkembangannya masih belum lama.

Batik cetak ada sejak tahun 1942 ketika para perajin batik telah diperkenalkan penguasaan teknik mencetak pada kain. Oleh karenanya, dalam program pengenalan batik, KKBI mengenalkan batik tulis sebagai batik yang sesungguhnya yang harus dikuasai.

Para generasi muda diperkenalkan bagaimana membatik dengan teknik tulis secara baik dengan mengundang para ahlinya. Sekarang ini, menurut Bimo,KKBI sedang berusaha agar generasi batik tulis tidak habis. Di sentra-sentra batik seperti Pekalongan, Surakarta, Yoyakarta, dan Tasikmalaya misalnya, para pembatik tulis usianya rata-rata sudah uzur.

"Kalau tidak ada penerus tongkat estafet regenerasi siapa yang akan meneruskan?" kata Bimo setengah bertanya. Di zaman serba-instan seperti sekarang, teknik membatik dengan teknik tulis memang membutuhkan waktu pengerjaan yang amat lama, hingga 2-3 bulan untuk menyelesaikannya. Namun, hasil batik tulis memiliki nilai artisitik lebih tinggi dan lebih tinggi nilainya dari sisi komersial.

hay/L-4 & lt;p>Your browser does not support iframes.</p>

Di Jakarta pun ada Kampoeng Batik


KOMPAS.com — Solo terkenal dengan kampung batiknya, Laweyan. Toko-toko penjual batik di sepanjang jalan itu sekaligus menjadi rumah bagi penjualnya. Pengrajin batik dan penjualnya menjadi satu, berjejeran di sepanjang jalan Kampung Laweyan. Di sini pengunjung bisa berbelanja dan melihat juga cara dan proses pembuatan batik.
Jakarta ternyata juga memiliki Kampung Batik. Meski tak sebesar Laweyan, Jakarta telah mulai membangun kampung batiknya sendiri sejak Mei 2011. Kampung batik yang terletak di Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan, ini bahkan telah dua kali tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Rekor MURI pertama diperoleh pada 2011 karena Palbatu memiliki jalan terpanjang yang dicat dengan motif batik (133,9 meter). Rekor MURI kedua diperoleh tahun ini karena Palbatu memiliki jumlah rumah warga yang paling banyak dicat dengan motif batik. Total sekitar seratus rumah.
Dari mana datangnya kampung batik di Ibu Kota? Seorang pencinta batik bernama Ismoyo W Bimo sempat terinspirasi dengan konsep Kampung Batik Laweyan di Solo. Pendiri komunitas Batik Banget ini ingin membuat satu wilayah kampung batik di Jakarta.
Idenya didengar oleh Iwan Darmawan, yang kemudian mengenalkannya kepada Harry Domino. Bersama satu teman lain bernama Safri, keempat pria ini pun mengadakan acara Jakarta Batik Carnival di Palbatu pada 21 dan 22 Mei 2011.
"Saat itu kami mengundang 16 pengrajin untuk datang ke Palbatu, mengadakan pameran, sekaligus mengenalkan batik kepada warga sekitar," kenang lelaki yang akrab disapa Bimo itu kepada Kompas Female seusai pembukaan Jakarta Batik Carnival 2012.
Sebagai kelanjutan dari kesuksesan Jakarta Batik Carnival 2011, Bimo dan teman-temannya melanjutkan misi untuk membangun Kampung Batik di Palbatu. Ide mereka mendapat dukungan dari warga, tetapi tak sedikit pula yang menentangnya.

 "Kami coba cat satu rumah warga dengan motif batik, akhirnya yang lain ingin dicat juga. Jadi merembet ke semua rumah. Itu yang pro. Kalau warga yang kontra karena menganggap konsep kampung batik nantinya akan membuat kebisingan dan limbah canting yang merusak lingkungan," ungkap Bimo.
Bimo dan teman-temannya pun menjelaskan kepada warga bahwa tidak akan ada kebisingan yang mengganggu ketenangan warga karena kegiatan mencanting akan berpusat di sanggar-sanggar. Selain itu, proses pewarnaan dan pencelupan batik tidak dilakukan di Palbatu, tetapi oleh perajin batik di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
"Anak-anak warga di sini belajar mencanting di sanggar. Saat ini sudah ada dua sanggar, yakni Sanggar Cantingku dan Sanggar Setapak. Anak-anak itu tahu prosesnya kain batik sampai pewarnaan dan pencelupan, tetapi praktiknya tidak di sanggar. Jadi, warga tidak perlu khawatir lagi dengan isu limbah canting," kata Bimo.
Setelah warga menerima konsep kampung batik yang ditawarkan Bimo dan teman-temannya, konsep ini kemudian disepakati oleh 13 rukun tetangga (RT) dari 15 RT di wilayah Palbatu. Selama satu tahun, sudah dua RT rumah warga yang dicat dengan motif batik, masing-masing RT terdiri dari 50-an rumah. Tahun ini, rumah-rumah di lima RT lainnya akan dicat dengan motif batik. Sisanya akan terus dilanjutkan tahun-tahun berikutnya.

"Kami berharap, dua RT lagi bisa menyetujui konsep kampung batik ini sehingga seluruh wilayah Palbatu bisa menjadi kampung batik sebesar Laweyan di Solo. Saat ini saja, sudah ada 7 gerai batik yang dibangun setelah konsep kampung batik ini diterapkan," tambah Bimo.

Batik Betawi
Menurut Bimo, dipilihnya Palbatu sebagai wilayah penerapan konsep kampung batik di Jakarta merupakan hal yang tepat. Ia menuturkan, dalam sejarahnya, Palbatu merupakan titik persinggungan antara Setiabudi-Karet-Semanggi-Benhil-Tanah Abang-Palmerah, yang dulunya merupakan tempat produksi batik Betawi.
"Sekarang wilayah-wilayah itu sudah jadi pusat kegiatan komersial, jadi saya rasa tepat jika kami memilih Palbatu sebagai wilayah untuk melestarikan budaya Indonesia," ujar Bimo.
Bagi Bimo, membangun kampung batik di Palbatu merupakan perjuangan kecil yang bisa dilakukannya bersama teman-temannya untuk melestarikan budaya di Jakarta yang megapolitan. Jika tahun lalu mereka hanya berempat, kini semua warga Palbatu sudah membuka diri untuk membantunya membangun konsep kampung batik. Upaya itu juga didukung oleh Yayasan Nalacity yang telah mengirimkan tenaga untuk mengadakan Jakarta Batik Carnival 2012. Ada pula tambahan sponsor dari perusahaan AkzoNobel Decorative Paints Indonesia (PT ICI Paints Indonesia), yang dikenal sebagai penyedia cat premium Dulux.
"Harapan saya dengan adanya kampung batik ini adalah warga bisa mengerti mengapa batik harganya mahal karena pembuatannya sulit. Namun, sesulit-sulitnya pembuatan batik, ini adalah warisan nenek moyang ratusan tahun lalu, yang harus kita lestarikan hingga seratus tahun kemudian," kata Bimo.

Editor :
Laksono Hari W

Selasa, 11 September 2012

Pewarnaan Batik


Bila kita meninjau mengenai batik maka kita bertanya terlebih dahulu dasi segi mana kita akan meninjau.Batik dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu sebagai seni batik dan teknik batik.Peninjau batik menurut segi seni batik yakni meninjau dari pewarnaan baik itu arti warna, keharmionisan dan sebagainya tentang pewarnaan.Sedangkan dari segi teknik yakni melihat bahan, teknik maupun proses dalam pewarnaannya. Penijauan ini saling berkaitan sangat sulit untuk memisahkannya kedua unsur ini. Apalagi dengan meninjau secara kronologis urutan mengenai zaman maupun periode pembuatan hal ini karena bahan-bahan yang kita miliki belum terlalu lengkap.

Secara umum warna-warna yang sering dipapaki dalam pewarnaan batik sebagai berikut :
1. Warna hitam
2. warna biru tua
3. warna soga/ coklat
4. warna mengkudu/ merah tua
5. warna hijau
6. warna kujning
7. warna violet

Zaman dahulu kain batik hanya dibuat dengan satu macam warna yakni merah tua atau biru tua seperti di daerah Jawa Barat yang disebut “kain simbut” dengan motif garis-garis berwana putih dan warna dasar merah tua. Di jawa tengah dikenal dengan “kain kelengan” yang berwarna dasar biru tua. batik dengan satu warna ini cukup popular di daerah Jawa Barat seperti kain balakbag dari tasik dan “mego-mendung” serta “kain bukit-batu” dari Cirebon.

Dalam perkembangan selanjutnya pewarnaan menggunakan dua macam warna yakni biru tua dan warna soga atau coklat. Hal ini bergantung bagaimana proses pembuatannya, warna biru tua masih tetap atau berubah menjadi hitam kerna pengaruh warna coklat. Kain dengan pearnaan ini cukup popular di daerah Jawa Tengah seperti dari Jogja, Sala Semarang dan Ponorogo. sedangkan di daerah Jawa Barat dikenal dengan proses Bedesan. di daerah  Pekalongan, Lasem, Cirebon sudah biasa menggunakan warna-warna lain seperti hijau,kuning, merah dan ungu.


Namun dengan perkembangan teknologi pewarnaan batik senantiasa berkembang dan semakin bervariatif. sehingga batik menjadi lebih hidup dan semakin berinteraksi dengan manusia selain dengan keindahan motif-motif yang dimilikinya,

Motif Udan Riris

Motif atau corak yang diberi nama Udan Riris tercipta pada peristiwa di saat pakubuwono menjalani Laku Teteki. Yang disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan menjalani laku Kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada didesa Laweyandan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai Ageng Henis

Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup suasana inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan corak batik Udan Riris.

Sekilas Motif Batik Betawi

Ciri khas kain batik betawi yaitu kain sarung dengan menonjolkan motif Tumpal, yaitu bentuk motif geometris segitiga sebagai barisan yang memagari bagian kepala kain dan badan kain. Saat dikenakan, Tumpal harus ada di bagian depan.






Koleksi dari : Seraci Batik Betawi

Batik Toraja

PERJALANAN PANJANG SENI BATIK (1)
TEKNIK MEMBATIK SUDAH ADA SEJAK ABAD KE V DI TANAH PASUNDAN DAN TORAJA
 

Batik bisa disebut produk asli Indonesia, bila ditilik bahwa produk kain yang mengalami proses celup rintang atau proses menahan warn
a ini dikenal sejak abad ke V di Tanah Pasundan dan Tanah Toraja.Dimana pada teknik menghias dengan menahan warna pada batik yang dikenal saat ini adalah dengan menggunakan lilin malam. Proses celup rintang atau menahan warna, adalah proses pelukisan di atas kain menggunakan lilin malam sebagai perintang/penahan warna pada saat kain dicelupkan pada cairan berwarna.

Sebelum batik seperti yang sekarang dikenal ada, yaitu teknik menghias dengan menahan warna/celup rintang memakai lilin malam, di Indonesia sudah dikenal batik dengan teknik lebih sederhana. Cikal bakal batik dapat ditelusuri dari KAIN SIMBUT dari Tanah Pasundan tepatnya di Banten dan KAIN SARITA dari Tanah Toraja di Sulawesi Selatan yang memakai bubur ketan dan lilin lebah sebagai perintang warna.

Kain Simbut, di jaman Kerajaan Tarumanagara, dimana ditemukan artefak (abad ke V) yang menjelaskan tentang teknik menahan warna pada kain simbut, yaitu dengan menggunakan bahan dari bubur ketan. Sebagai penahan warna pada kain simbut dipakai nasi pulut (bubur ketan) yang dilumatkan dan dicampur air gula. Kain lalu dicelupkan ke dalam cairan pewarna yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian nasi pulut dikerok dan bagian yang ditutupi nasi pulut tetap tinggal putih seperti warna asli kain.

Sementara itu pada abad ke V pula, kain sarita dari Toraja, Sulawesi Selatan, memakai teknik menahan warna selain memakai bubur ketan juga menggunakan bahan dari lilin lebah. Sarita pertama kali dikerjakan di daerah pegunungan yang terisolasi sehingga ada dugaan, Indonesia memiliki cikal bakal batik dari dalam wilayahnya sendiri.

Menurut TT Soerjanto, kurator pada Museum Batik Kuno Danar Hadi (Solo) dan juga mantan Kepala Balai Pengembangan Batik di Yogyakarta bahwa produk kain yang mengalami proses celup rintang ini dikenal sejak abad V di Tanah Pasundan dan Tana Toraja. Setelah menyusuri database ilmiah Pro-Quest, dapatkan satu thesis master yang disubmitted di California State University, oleh Trish Hodge (1999) yg mengurai ringkas sejarah batik (hal 13-19). Mengutip Heringa (1996), konon batik ini diperkenalkan oleh orang India, pada saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan putranya dengan putri India, sekitar tahun 700 M. Dalam bagian lainnya, disebut kalau batik dalam bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh orang Toraja (Tana Toraja, Sulawesi Selatan). Sementara kata “BATIK” itu sendiri baru secara tertulis ditemukan pada tahun 1641 dalam dokumen pengiriman barang dari Batavia (Jakarta) ke Bengkulu, sedangkan menurut pakar batik Belanda, Rouffaer (1914), referensi pertama tentang "batik" ini merujuk ke tahun 1520 (Gittinger, 1985)

Maka wajar bila perjalanan dalam rentang waktu yang cukup panjang, 15 abad, telah menjadikan batik sebagai satu wahana ungkapan dunia pikir atau kosmologi yang pernah hidup di suatu masyarakat. Lebih dari sekadar wahana ungkapan estetik belaka. Melalui batik, masyarakat mengungkapkan dunia pikir yang hidup pada zamannya; yaitu meliputi kepercayaan, mitos, konsepsi penciptaan kehidupan, jagat raya, harmoni hidup, etika, adat istiadat, dan seterusnya.

(Vey/sumber : Iwan Tirta + Museum Batik Kuno Danar Hadi Solo/foto: motif Batik kuno suku Toraja)

Inovasi Batik - Canting Elektrik

Inovasi di bidang pembatikan diwujudkan dengan diciptakannya Canting Elektrik. Seorang Arek Suroboyo menciptakan alat ini dengan tujuan memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin mempelajari tentang pembuatan motif batik dengan cepat dan hasil yang mantap. Canting Elektrik menggunakan daya listrik sebesar 20-25 watt, hanya menghabiskan sebesar Rp 1200 per jam untuk listriknya. Cantik eletrik yang berhasil dibuat memiliki kelebihan yakni adanya kemampuan untuk menentukan besar cucuk canting sesuai dengan keinginan.

 (antaranews)

Sanggar Seni Budaya Bendhil - Lsm NPB - Batik Banget Indonesia













       Sejak dini ditanamkan cinta pada budaya negeri sendiri







                                       
Semoga generasi mendatang akan terus melestarikan Batikdan mengembangkan melalui inovasi - inovasi agar Batik Indonesia selalu ada dan selalu di hati anak bangsa






Jadwal Latihan Membatik :  Hari Sabtu , pkl 14.oo - 16.oo wib
                                           Hari Minggu , pkl 15.oo - 17.oo wib