Rabu, 17 Oktober 2012
* Motif Batik Pekalongan sangat bebas
Batik
Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna.
Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat
naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan
ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif
Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang
sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan
variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai
hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis.
Batik Jambi
Batik, budaya menghias kain agar terlihat menarik merupakan salah satu kelebihan yang terpendam dari bangsa Indonesia. Olahannya yang relatif rumit, menggambarkan jalinan perbedaan yang bisa diikat dalam sebuah komposisi keindahan. Batik adalah salah satu bentuk bahasa visual yang indah, yang memberikan makna pada setiap warna dan motifnya.Setiap batik memiliki pesan yang berbeda untuk setiap tempat dan suasana.
(foto : batik Jambi , motif sungai Batang hari)
ismoyowbimo@yahoo.com
Trumtum , makna Tumbuh dan Berkembang
BATIK
MOTIF TRUNTUM : Mengandung makna tumbuh dan berkembang. Demikianlah,
orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap keluarga baru supaya segera
mempunyai keturunan yang akan dapat menggantikan generasi sebelumnya.
Generasi baru itulah yang akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yang
baru menikah untuk meneruskan segala harapan dan cita-cita keluarga
sekaligus sebagai generasi penerus secara bi
ologis
yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru. Harapan
itu selalu muncul saat keluarga baru terbentuk. Ungkapan-ungkapan
seperti segera mendapatkan keturunan yang solih dan solihah, berguna
bagi keluarga, masyarakat, agama, dan negara sering terdengar saat ada
upacara pernikahan. Sebab memang dari keluarga baru itulah diharapkan
akan berkembang keluarga-keluarga baru lainnya. Sementara sumber lain
mengatakan bahwa motif truntum ini awal mulanya diciptakan oleh kerabat
kerajaan Surakarta yang sedang sedih hatinya karena merasa diabaikan
oleh raja. Di tengah kesendirian itulah ia melihat di langit di tengah
malam banyak bintang gemerlap menemani dirinya dalam kesepian.
Insipirasi itulah yang ditangkap dan dituangkan dalam motif batik.
Batik Cianjur - Jawa Barat
MOTIF
BATIK BEASAN, CIANJUR : Sebagai salah satu ikon khas Cianjur, beras
Pandanwangi masih menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun.
Keberadaannya tidak hanya menjadi komoditas pangan yang selalu diburu
konsumen penik
mat nasi pulen, tapi juga dijadikan sebagai motif batik khas Cianjur. Motif batik Cianjur disebut juga motif Batik Beasan, yang berarti setiap motif batik Cianjur, akan ada unsur berasnya.
ismoyowbimo@yahoo.com
mat nasi pulen, tapi juga dijadikan sebagai motif batik khas Cianjur. Motif batik Cianjur disebut juga motif Batik Beasan, yang berarti setiap motif batik Cianjur, akan ada unsur berasnya.
ismoyowbimo@yahoo.com
Batik Gedog Tuban
Batik
tulis Tuban atau batik gedog, terlihat pengaruh dari budaya tiongkok,
karena gambar burung yang yang dimotifkan pada batik tulis tersebut
nampak adalah burung 'Hong' yang jelas tidak terdapat diwilayah Tuban.
Dahulu batik tulis ini hanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional
masyarakat Tuban seperti sedekah bumi, pernikahan atau pemakaman. Pada
perkembangan zaman sekarang ini penggunaan batik tulis Tuban tidak hanya
untuk upacara-upacara adat namun telah meluas pada penggunaannya
seperti, taplak meja, sarung bantal, dekorasi, hiasan dinding, dan juga
model baju modist, baik untuk pria dan wanita.
ismoyowbimo@yahoo.com
ismoyowbimo@yahoo.com
Harapan pengrajin Seraci Batik Betawi
Pengrajin Harapkan Batik Tarumajaya Jadi Ikon Bekasi
02 Oktober 2012, 20:26 WIB
Bekasi, 2/10 (ANTARA) - Pengrajin batik khas Betawi di Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berharap pemerintah setempat menjadikan produksi rumahan mereka sebagai ikon daerah.
Harapan itu disampaikan Ernawati, pemilik usaha Seraci Batik Betawi, di Kampung Kebon Kelapa RT002 RW005, Desa Segarajaya, Tarumajaya, Bekasi, Selasa, dalam rangka Hari Batik Nasional 2012.
"Kabupaten Bekasi selain banyak menyimpan potensi dari hasil kekayaan seperti minyak bumi, perikanan maupun situs-situs prasejarah, juga tersimpan eksotik kerajinan tangan warga pribumi, salah satunya batik saya ini," ujarnya.
Secara umum, kata dia, pembuatan batik Tarumajaya tidak jauh berbeda dengan batik Pekalongan.
Motif batik betawi lebih menggambarkan ciri khas daerah Bekasi, seperti mangon (gotong-royong), dana nandur (tanam mundur), dan rawa.
"Inilah ciri khas batik betawi, selain ada motif rumah adat betawi, gambang kromo dan ondel-ondel," katanya.
Dia mengatakan, batik betawi sudah menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia timur, seperti Lombok, Makassar dan Medan.
"Pemasarannya hingga ke wilayah Jakarta yang dipasarkan ke sekolah, universitas hingga dharma wanita," katanya.
Sejumlah ibu rumah tangga di kampung tersebut, kata dia, berprofesi sebagai penjahit dan pembuat motif batik guna menambah pemasukan suami setiap bulannya.
"Biasanya, ibu rumah tangga di kampung ini lebih memilih membuat batik daripada berdiam diri menghabiskan waktu," katanya.
Seorang pengusaha batik lainnya, Ijah mengatakan, kreatifitas pembuatan batik di wilayah setempat terkesan kurang dimaksimalkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga, Buyada dan Pariwisata (Disporbudpar) maupun Dinas Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"Pemerintah daerah hanya fokus kepada promosi prodak dalam suatu pameran saja. Namun, tidak mempopulerkan batik lokal sebagai ikon daerah," katanya.
Dia berharap, batik betawi menjadi produk lokal yang bisa dibanggakan selain sebagai daya tarik pariwisata daerah.
Secara terpisah, Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Bekasi, Muhtadi Muntaha, mengatakan pemerintah daerah harus jeli membaca dan memanfaatkan potensi UKM lokal.
"Minimal, harus mendata dan juga memberikan pos anggaran pemberdayaan batik lokal, terutama yang sudah ada seperti Batik Betawi Tarumajaya," katanya.
Menurut dia, hingga saat ini baru Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Bekasi saja yang sudah menjadikan Batik Betawi Tarumajaya sebagai seragam resmi yang wajib dipakai sepekan sekali.
"Kami berharap Pemda Kabupaten Bekasi juga mengikuti langkah yang sama," katanya.
Andi F
02 Oktober 2012, 20:26 WIB
Bekasi, 2/10 (ANTARA) - Pengrajin batik khas Betawi di Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berharap pemerintah setempat menjadikan produksi rumahan mereka sebagai ikon daerah.
Harapan itu disampaikan Ernawati, pemilik usaha Seraci Batik Betawi, di Kampung Kebon Kelapa RT002 RW005, Desa Segarajaya, Tarumajaya, Bekasi, Selasa, dalam rangka Hari Batik Nasional 2012.
"Kabupaten Bekasi selain banyak menyimpan potensi dari hasil kekayaan seperti minyak bumi, perikanan maupun situs-situs prasejarah, juga tersimpan eksotik kerajinan tangan warga pribumi, salah satunya batik saya ini," ujarnya.
Secara umum, kata dia, pembuatan batik Tarumajaya tidak jauh berbeda dengan batik Pekalongan.
Motif batik betawi lebih menggambarkan ciri khas daerah Bekasi, seperti mangon (gotong-royong), dana nandur (tanam mundur), dan rawa.
"Inilah ciri khas batik betawi, selain ada motif rumah adat betawi, gambang kromo dan ondel-ondel," katanya.
Dia mengatakan, batik betawi sudah menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia timur, seperti Lombok, Makassar dan Medan.
"Pemasarannya hingga ke wilayah Jakarta yang dipasarkan ke sekolah, universitas hingga dharma wanita," katanya.
Sejumlah ibu rumah tangga di kampung tersebut, kata dia, berprofesi sebagai penjahit dan pembuat motif batik guna menambah pemasukan suami setiap bulannya.
"Biasanya, ibu rumah tangga di kampung ini lebih memilih membuat batik daripada berdiam diri menghabiskan waktu," katanya.
Seorang pengusaha batik lainnya, Ijah mengatakan, kreatifitas pembuatan batik di wilayah setempat terkesan kurang dimaksimalkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga, Buyada dan Pariwisata (Disporbudpar) maupun Dinas Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"Pemerintah daerah hanya fokus kepada promosi prodak dalam suatu pameran saja. Namun, tidak mempopulerkan batik lokal sebagai ikon daerah," katanya.
Dia berharap, batik betawi menjadi produk lokal yang bisa dibanggakan selain sebagai daya tarik pariwisata daerah.
Secara terpisah, Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Bekasi, Muhtadi Muntaha, mengatakan pemerintah daerah harus jeli membaca dan memanfaatkan potensi UKM lokal.
"Minimal, harus mendata dan juga memberikan pos anggaran pemberdayaan batik lokal, terutama yang sudah ada seperti Batik Betawi Tarumajaya," katanya.
Menurut dia, hingga saat ini baru Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Bekasi saja yang sudah menjadikan Batik Betawi Tarumajaya sebagai seragam resmi yang wajib dipakai sepekan sekali.
"Kami berharap Pemda Kabupaten Bekasi juga mengikuti langkah yang sama," katanya.
Andi F
Selasa, 16 Oktober 2012
* Awal Ide Kampung Batik
Minggu, 06 Mei 2012 | 16:03
Melirik Kampung Batik Jakarta
Berusaha melestarikan batik Betawi.
Kampung Batik Laweyan, Solo dan Kampung Batik Trusmi, Cirebon sejak
lama dikenal sebagai pusatnya wilayah batik karena daerah-daerah
tersebut memiliki perkumpulan perajin dan dijadikan sentra bisnis.
Terinspirasi dari wilayah-wilayah tersebut serta keinginan melestarikan
batik, 4 orang pencinta batik memprakarsai dibuatnya kampung batik
Jakarta.
"Saya yang pertama memiliki ide untuk memulai kampung batik.
Setelah berbicara dengan beberapa teman, terbentuklah 4 orang yang
memiliki ide untuk membuat kampung batik, yaitu, Iwan Darmawan, Budi
Haryanto, Safri, dan saya," tutur Ismoyo W Bimo, salah satu penggagas
Kampung Batik Jakarta, Pal Batu, Jakarta, Sabtu (5/5).
Di tahun 2010, keempatnya bertemu dan membuat perencanaan atau
rancangan awal dari kampung batik. Setelah mencari lokasi-lokasi tepat
di sana-sini, keempatnya setuju, daerah Pal Batu adalah lokasi paling
tepat.
"Daerah ini dekat dengan sentra-sentra batik Jakarta di zaman dulu;
Tanah Abang, Bendungan Hilir, Thamrin, Palmerah, dan sekitarnya. Daerah
ini menurut kami adalah yang paling pas. Apalagi wilayah perumahannya
masih cukup dekat, tidak banyak industri yang tumbuh, serta
masyarakatnya juga dekat satu sama lain," jelas Bimo kepada
Beritasatu.com.
Sejak setahun lalu, wilayah ini menyelenggarakan acara bertajuk
Jakarta Batik Carnival. Sebuah ajang 2 hari yang ditujukan untuk
"mengeksplorasi potensi batik menjadi suatu tampilan menarik dan
dirancang dengan event karnaval massal," begitu tulisan di situsnya.
Kampoeng Batik ini berharap bisa menjadi sentra pengrajin batik
Betawidan tujuan alternatif belanja kain batik. Dengan harapan bisa
mendukung pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
rakyat, lanjutan keterangan tentang gerakan ini.
"Sebenarnya ini berdasar kecintaan kami terhadap batik. Kami ingin
melestarikan batik. Sejak lama saya, yang kolektor batik, mencari tahu
tentang batik. Lalu dari sana saya menemukan, Jakarta memiliki batiknya
sendiri, dengan ciri khas tumpal dan motif ondel-ondel, monas, dan
lainnya," ujar Bimo yang mengaku tergabung dalam komunitas Batik Banget.
Jakarta Batik Carnival kali pertama dilaksanakan pada tanggal 21-22
Mei 2011. Tahun ini, JBC diselenggarakan pada tanggal 5-6 Mei 2012.
Acara berbasis komunitas ini menampilkan pameran batik, gelar
kreativitas pelajar, lomba desain motif batik Betawi, dan sebagainya.
"Sejak ajang pertama, daerah ini sudah memiliki setidaknya 7 gerai
yang menjual batik. Harapannya mereka akan terus bertumbuh dan
meningkatkan penghidupan masyarakat daerah ini. Lalu ada 2 sanggar batik
yang didirikan; Sanggar Setapak dan yang terbaru, Sanggar Cantingku.
Anggotanya adalah masyarakat dan anak-anak. Kami juga sering mengundang
perajin dari berbagai daerah," jelas Bimo.
Tahun lalu, Kampung Batik Jakarta ini sempat mencatat nama di
Museum Rekor Indonesia dengan menciptakan coretan batik di jalan
terpanjang, yakni 133,9 meter.
Dari sana, mulai terlihat pemberitaan-pemberitaan tentang daerah
ini. Gerakan yang awalnya hanya berupa swadaya masyarakat ini pun mulai
menarik perhatian. Sabtu (5/5), produsen cat, Akzonobel, dengan
produknya, cat Dulux pun turut mendukung dengan menyumbangkan 20 ribu
cat.
Selain mendirikan sanggar-sanggar membatik untuk belajar batik bagi
warga-warga di sekitarnya, daerah ini juga melakukan pengecatan motif
batik di dinding-dinding rumah warga, sebagian jalanan, dan wilayah
sekitarnya.
Mengakui pihaknya mengambil inspirasi dari kampung-kampung batik
yang sudah ada, Bimo mengatakan, Jakarta punya tantangan lebih besar
karena bukan berdasar dari perajin. Karena itu ia yang merasa sudah
memperdalam dan memiliki koneksi cukup ke beberapa perajin, diberi tugas
untuk mengkoordinasi perajin dari berbagai daerah batik di Indonesia
untuk berbagi pelajaran dengan komunitas Kampung Batik di Jakarta.
Ketika ditanya mengenai komitmen pihak terkait, terutama Pemerintah
Daerah Jakarta, saat temu media, Ketua Pelaksana JBC, Budi Haryanto
mengungkap, "Sejujurnya, belum ada keterkaitan mengenai hal ini dari
pihak Pemda."
Sementara Bimo mengungkap, "Ke depannya mungkin akan diupayakan
terus. Kami tidak bisa hanya berempat. Harus ada pendekatan dengan
berbagai pihak. Tinggal proses waktu. Kami hanya penggagas awal. Karena
ini adalah usaha untuk melestarikan budaya. Milik semua dan butuh
bantuan dari semua."
Kampung Batik di Jakarta
Ternyata Di Jakarta Pun Ada Kampung Batik
Posted on 2 Oktober 2012 by Widya Wicaksana
Jual Tas Bayi HDY Baby Diaper Bag @ http://TasBayi.JawaraShop.com
Solo terkenal dengan kampung batiknya,
Laweyan. Toko-toko penjual batik di sepanjang jalan itu sekaligus
menjadi rumah bagi penjualnya. Pengrajin batik dan penjualnya menjadi
satu, berjejeran di sepanjang jalan Kampung Laweyan. Di sini pengunjung
bisa berbelanja dan melihat juga cara dan proses pembuatan batik.
Jakarta
ternyata juga memiliki Kampung Batik. Meski tak sebesar Laweyan,
Jakarta telah mulai membangun kampung batiknya sendiri sejak Mei 2011.
Kampung batik yang terletak di Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan, ini
bahkan telah dua kali tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Rekor MURI pertama diperoleh pada 2011
karena Palbatu memiliki jalan terpanjang yang dicat dengan motif batik
(133,9 meter). Rekor MURI kedua diperoleh tahun ini karena Palbatu
memiliki jumlah rumah warga yang paling banyak dicat dengan motif batik.
Total sekitar seratus rumah.
Dari mana datangnya kampung batik di Ibu Kota? Seorang pencinta batik
bernama Ismoyo W Bimo sempat terinspirasi dengan konsep Kampung Batik
Laweyan di Solo. Pendiri komunitas Batik Banget ini ingin membuat satu
wilayah kampung batik di Jakarta.
Idenya didengar oleh Iwan Darmawan, yang
kemudian mengenalkannya kepada Harry Domino. Bersama satu teman lain
bernama Safri, keempat pria ini pun mengadakan acara Jakarta Batik
Carnival di Palbatu pada 21 dan 22 Mei 2011.
“Saat itu kami mengundang 16
pengrajin untuk datang ke Palbatu, mengadakan pameran, sekaligus
mengenalkan batik kepada warga sekitar,” kenang lelaki yang akrab disapa Bimo itu kepada Kompas Female seusai pembukaan Jakarta Batik Carnival 2012.
-
Pro Kontra dari Warga
Sebagai kelanjutan dari kesuksesan
Jakarta Batik Carnival 2011, Bimo dan teman-temannya melanjutkan misi
untuk membangun Kampung Batik di Palbatu. Ide mereka mendapat dukungan
dari warga, tetapi tak sedikit pula yang menentangnya.
“Kami
coba cat satu rumah warga dengan motif batik, akhirnya yang lain ingin
dicat juga. Jadi merembet ke semua rumah. Itu yang pro. Kalau warga yang
kontra karena menganggap konsep kampung batik nantinya akan membuat
kebisingan dan limbah canting yang merusak lingkungan,” ungkap Bimo.
Bimo dan teman-temannya pun menjelaskan
kepada warga bahwa tidak akan ada kebisingan yang mengganggu ketenangan
warga karena kegiatan mencanting akan berpusat di sanggar-sanggar.
Selain itu, proses pewarnaan dan pencelupan batik tidak dilakukan di
Palbatu, tetapi oleh perajin batik di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
“Anak-anak warga di sini belajar mencanting di sanggar. Saat ini
sudah ada dua sanggar, yakni Sanggar Cantingku dan Sanggar Setapak.
Anak-anak itu tahu prosesnya kain batik sampai pewarnaan dan pencelupan,
tetapi praktiknya tidak di sanggar. Jadi, warga tidak perlu khawatir
lagi dengan isu limbah canting,” kata Bimo.
Setelah warga menerima konsep kampung
batik yang ditawarkan Bimo dan teman-temannya, konsep ini kemudian
disepakati oleh 13 rukun tetangga (RT) dari 15 RT di wilayah Palbatu.
Selama satu tahun, sudah dua RT rumah warga yang dicat dengan motif
batik, masing-masing RT terdiri dari 50-an rumah. Tahun ini, rumah-rumah
di lima RT lainnya akan dicat dengan motif batik. Sisanya akan terus
dilanjutkan tahun-tahun berikutnya.
“Kami berharap, dua RT lagi bisa
menyetujui konsep kampung batik ini sehingga seluruh wilayah Palbatu
bisa menjadi kampung batik sebesar Laweyan di Solo. Saat ini saja, sudah
ada 7 gerai batik yang dibangun setelah konsep kampung batik ini
diterapkan,” tambah Bimo.
-
Batik Betawi
Menurut Bimo, dipilihnya Palbatu sebagai
wilayah penerapan konsep kampung batik di Jakarta merupakan hal yang
tepat. Ia menuturkan, dalam sejarahnya, Palbatu merupakan titik
persinggungan antara Setiabudi-Karet-Semanggi-Benhil-Tanah Abang-Palmerah, yang dulunya merupakan tempat produksi batik Betawi.
“Sekarang wilayah-wilayah itu sudah
jadi pusat kegiatan komersial, jadi saya rasa tepat jika kami memilih
Palbatu sebagai wilayah untuk melestarikan budaya Indonesia,” ujar Bimo.
Bagi Bimo, membangun kampung batik di
Palbatu merupakan perjuangan kecil yang bisa dilakukannya bersama
teman-temannya untuk melestarikan budaya di Jakarta yang megapolitan.
Jika tahun lalu mereka hanya berempat, kini semua warga Palbatu sudah
membuka diri untuk membantunya membangun konsep kampung batik.
Upaya itu juga didukung oleh Yayasan
Nalacity yang telah mengirimkan tenaga untuk mengadakan Jakarta Batik
Carnival 2012. Ada pula tambahan sponsor dari perusahaan AkzoNobel Decorative Paints Indonesia (PT ICI Paints Indonesia), yang dikenal sebagai penyedia cat premium Dulux.
“Harapan saya dengan adanya kampung
batik ini adalah warga bisa mengerti mengapa batik harganya mahal karena
pembuatannya sulit. Namun, sesulit-sulitnya pembuatan batik, ini adalah
warisan nenek moyang ratusan tahun lalu, yang harus kita lestarikan
hingga seratus tahun kemudian,” kata Bimo.
Kamis, 11 Oktober 2012
* Perajin Batik di Bekasi
10/10/2012 15:00:41 WIB
Perajin Batik di Bekasi Terkendala Pemasaran
Sejumlah
perajin batik rumahan di Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi,
berharap pemerintah setempat menyediakan sentra batik sebagai fasilitas
memasarkan hasil produksi.Selama ini, pemasaran produk batik masih
menjadi kendala sebagian perasin di Bekasi.
"Peran
pemerintah daerah umumnya di wilayah Jawa memang sudah ada, tetapi
masih ada beberapa pengrajin yang belum tersentuh," ujar pendiri
Komunitas Batik Banget Indonesia, Ismoyo W Bimo, di Bekasi, kemarin.
Menurut dia, perajin batik merupakan seniman yang butuh perhatian dari berbagai pihak agar lebih maju.
Mayoritas
perajin di Kecamatan Tarumajaya, kata dia, biasanya merasa kesulitan
untuk memasarkan hasil produksinya dengan alasan minimnya tempat atau
mahalnya biaya sewa lapak.
"Makanya, perajin yang berada di pedalaman sering pusing mau memasarkan kemana produknya," katanya.
Hasil produksi itu, kata dia, hanya diproduksikan ke pasar tradisional dengan nilai keuntungan dan promisinya yang rendah.
"Saya
berfikir sederhana saja, bagaimana batik ini bisa lestari dan
masyarakat bisa mengenal serta mencintai produksi batik ini kalau
situasnya terus dibiarkan begini," ujarnya.
Menurut
dia, sejumlah sentra batik terkenal dengan khas lokalan yang bisa
dilestarikan seperti di Pekalongan, Tegal, dan Cirebon, termasuk juga
perajin batik Betawi di Jakarta.
"Memang,
diantara perajin batik sudah menjadi anak angkat dari perusahaan swasta
maupun BUMN, namun masih ada yang belum ter-`cover` terkait pemasaran
tersebut," katanya.
(sumber:bekasiraya.com/Ant/Af), upload:ronz
ismoyowbimo@yahoo.com - 085882549090
ismoyowbimo@yahoo.com - 085882549090
Rabu, 10 Oktober 2012
* KBBI
Semoga kehadiran Komunitas Batik Banget Indonesia bisa memberikan sumbangsi pada Ibu Pertiwi dalam turut melestarikan Batik Indonesia agar dapat dinikmati generasi mendatang ....... Jayalah Negeri Ku
ismoyowbimo@yahoo.com - 0858 82549090
ismoyowbimo@yahoo.com - 0858 82549090
* Batik . amba and titik
The word “batik” is derived from the combination of two Javanese words “amba” meaning “writing” and “titik” means “dot”
Selasa, 09 Oktober 2012
* Bekasi, 9/10 (ANTARA)
fasilitas memasarkan hasil produksi.
Pengrajin Batik Tarumajaya Berharap Fasilitas Sentra Penjualan 09 Oktober 2012, 12:09 WIB
"Peran pemerintah daerah umumnya di wilayah Jawa memang sudah ada, tetapi masih ada beberapa pengrajin yang belum tersentuh," ujar pendiri Komunitas Batik Banget Indonesia, Ismoyo W Bimo, di Bekasi, Selasa.
Menurut dia, pengrajin batik merupakan seniman yang butuh perhatian dari berbagai pihak agar lebih maju.
Mayoritas pengrajin di Kecamatan Tarumajaya, kata dia, biasanya merasa kesulitan untuk memasarkan hasil produksinya dengan alasan minimnya tempat atau mahalnya biaya sewa lapak.
"Makanya, pengrajin yang berada di pedalaman sering pusing mau memasarkan kemana produknya," katanya.
Hasil produksi itu, kata dia, hanya diproduksikan ke pasar tradisional dengan nilai keuntungan dan promisinya yang rendah.
"Saya berfikir sederhana saja, bagaimana batik ini bisa lestari dan masyarakat bisa mengenal serta mencintai produksi batik ini kalau situasnya terus dibiarkan begini," ujarnya.
Menurut dia, sejumlah sentra batik terkenal dengan khas lokalan yang bisa dilestarikan seperti di Pekalongan, Tegal, dan Cirebon, termasuk juga pengrajin batik Betawi di Jakarta.
"Memang, diantara pengrajin batik sudah menjadi anak angkat dari perusahaan swasta maupun BUMN, namun masih ada yang belum ter-`cover` terkait pemasaran tersebut," katanya.
Sementara, Runner Up 1 Putri Batik Nusantara 2011, Mia Ismi Halida, dalam kunjungannya ke Tarumajaya merasakan kesulitan mencari batik khas Betawi.
Menurut perempuan kelahiran Jakarta ini, produksi batik yang ramai di pasaran adalah yang terbuat dari tekstil dan hanya bermotif tupal. Padahal, batik yang diakui UNESCO adalah batik yang menggunakan canting.
"Kebanyakan masyarakat yang memakai batik belum sadar, apakah prosesnya batik atau hanya tekstil bermotif batik, seperti batik ekspor China," katanya.
Menurut dia, pemerintah setempat perlu mendorong dan mengembangkan batik Betawi agar lebih maju.
"Saya berharap, dengan tumbuhkembangnya batik Betawi ini harus dipromosikan lagi. Minimal, pemerintah daerah mensosialisasikan agar pembuatan batik Betawi itu dapat diketahui masyarakat luas," ujarnya.
Andi F
Kriteria Putra Putri Batik Nusantara :
1. Berwajah dan penampilan menarik, cerdas, ramah,
serta berkepribadian Indonesia ;
2. Memiliki pengetahuan dan wawasan luas tentang batik ;
3. Tinggi badan : Putra, min. 170 cm dan Putri min. 165 cm ;
4. Belum menikah dan belum memiliki anak ;
5. Berusia antara 18 – 25 tahun dan telah lulus SMA ;
6. Menguasai bahasa asing, minimal Bahasa Inggris ;
Apabila memiliki keterampilan lain yang terkait seperti membatik, akan memberikan nilai tambah.
5. Berusia antara 18 – 25 tahun dan telah lulus SMA ;
6. Menguasai bahasa asing, minimal Bahasa Inggris ;
Apabila memiliki keterampilan lain yang terkait seperti membatik, akan memberikan nilai tambah.
Bakti Sosial KBBI di Hari Batik Nasional
Mewakili KBBI mbak Arestya memberikan (simbolis) kpd mpok Erna (baju Batik) yang mewakili warga Segarajaya Bekasi , berupa sembako, semoga dapat bermanfaat buat yang menerimanya.
Senin, 08 Oktober 2012
* Pengrajin Batik Kesulit an Pemasaran
Ditulis oleh: Tatang B Tamam, Senin, 08 Oktober 2012. Pkl. 16:35 WIB
BEKASI,SATUKAN.COM Pemerintah daerah diharapkan dapat memasarkan produk
lokal seperti batik, diwilayah setempat. “Peran pemerintah daerah
diwilayah jawa memang sudah ada, tetapi masih ada beberapa pengrajin
yang belum tersentuh,” ujar pendiri Komunitas Batik Banget Indonesia,
Ismoyo W Bimo, Senin (08/10) di Cikarang.
Menurut dia, pengrajin batik merupakan seniman yang butuh sentuhan
agar lebih maju. Rata-rata dari mereka, setelah produksi itu jadi
kegelisahnya tentang pemasaran. “Makanya, pengrajin yang berada di
pedalaman ‘pusing’ mau memasarkan kemana,” katanya, saat berkunjungan
bersama Putra-Putri Batik Indonesia 2011/2012 ke pengrajin Seraci Batik,
di Kampung Kebon Kelapa, Desa Segaraja, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten
Bekasi, Jawa Barat.
Hasil produksi itu, lanjut dia, hanya diproduksikan ke pasar
tradisional dengan nilai keuntungan dan promisinya yang rendah. “Saya
berfikir sederhana saja, bagaimana batik ini bisa lestari, juga
masyarakat bisa mengenal dan mencintai,” tambahnya. Menurut dia, dahulu
sentra-sentra batik terkenal dengan khas lokalan yang bisa dilestarikan,
seperti di Pekalongan, Tegal dan Cirebon, termasuk juga pengrajin batik
Betawi di Jakarta dan Bekasi. “Memang, diantara pengrajin batik sudah
menjadi anak angkat dari perusahaan swasta maupun BUMN, namun masih ada
yang belum tercover terkait pemasaran tersebut,” katanya.
Sementara, Mia Ismi Halida Runner Up 1 Putri Batik Nusantara 2011
merasakan kesulitan mencari batik Betawi. Menurut perempuan kelahiran
Jakarta ini, produksi batik terbuat dari tekstil dan hanya bermotif
tupal. Padahal, batik yang diakui UNESCO secara philosofis adalah batik
yang menggunakan canting. “Kebanyakan masyarakat yang memakai batik
belum sadar, apakah prosesnya batik atau hanya tekstil bermotif batik,
seperti batik ekspor China,” katanya.
Menurut dia, pemerintah setempat perlu mendorong dan mengembangkan
batik Betawi agar lebih maju. “Saya berharap, dengan tumbuhkembangnya
batik Betawi ini harus dipromosikan lagi,” ujarnya.
Menurut dia, ketika ada ajang festival budaya atau acara Pemda,
banyak sekali permintaan batik Betawi. “Minimal, pemerintah daerah
mensosialisasikan agar pembuatan batik Betawi itu dapat diketahui
masyarakat luas,” ujarnya.
Kamis, 13 September 2012
sejarah batik
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran agama Islam di Tanah Jawa.
kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan
Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja yang lain.
Kesenian batik ini mulai menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya
Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik
cap dikenal baru sekitar tahun 1920,setelah perang Dunia selesai. Adapun
kaitan dengan penyebaran agama Islam. Banyak daerah-daerah pusat
perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik
menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan
perekonomian nasional Belanda.
Kesenian batik adalah gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi
salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya
batik dikerjakan terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian
raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa
oleh mereka keluar kraton lalu kesenian batik ini dikembangkan oleh
rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita
untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari,
baik wanita maupun pria.
ZAMAN MAJAPAHIT
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, perkembangan
batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung yang adalah riwayat
pembatikan didaerah ini, dapat diambil dari peninggalan masa kejayaan
kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulung agung dalam sejarah
terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya
Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang,
yang tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Daerah pembatikan
sekarang di Mojokerto terdapat di kwali, mojosari,dan daerah-daerah di
sekitarnya. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang.
Ciri khas dari batik dari Mojokerto adalah hampir sama dengan
batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya
coklat muda dan biru tua. Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman
Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar pesat didaerah Jawa
Tengah Surakarta dan Yogyakata. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik
di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipengaruhi corak batik
Solo dan Yogyakarta.
Didalam berkecamuknya tentara kolonial Belanda dengan tentara bala
pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian tentara bala pasukan Kyai Mojo
mengundurkan diri ke timur dan sampai sekarang daerah itu bernama
Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa
Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya
seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini
merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang
Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya
merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai
batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang
para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di
Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat
beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung.
Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/1947242-sejarah-batik-nusantara/#ixzz1iE95A9Cc
Rabu, 12 September 2012
Koran Jakarta
KOMUNITAS BATIK BANGET
Mengenalkan Batik Melestarikan Sejarah
DOK KOMUNITAS BATIK BANGET
Perjuangan untuk mengenalkan batik yang telah diterima
oleh UNESCO sejak 2009 sebagai warisan budaya dunia belum berhenti.
Tantangan banyak bermunculan mengiringi semakin gencarnya produk busana
batik yang didominasi produk batik cap atau printing, belum lagi urusan
regenerasi pembuat batik yang sekarang ini terhenti.
Persoalan regenerasi pembatik ini sudah cukup memprihatinkan karena hanya generasi tua saja yang masih mau melakukan produksi batik. Generasi muda di sentra batik lebih memilih profesi lain ketimbang mewarisi pekerjaan dari orang tuanya. Menyadari peliknya masalah memperjuangkan batik ini, maka muncullah kepedulian rakyat melalui dibentuknya Komunitas Batik Banget Indonesia (KBBI).
Awal didirikan tahun 2008, komunitas ini hanya ingin mengenalkan batik Indonesia dan melestarikan batik. Menurut Ismoyo W Bimo, penggagas Komunitas Batik Banget Indonesia, ketika itu, batik belum banyak dipakai dan terbatas penggenaannya untuk acara tertentu. Tapi, kini, setelah batik makin populer, motivasi mengenalkan batik terus berlanjut.
KBBI memiliki aktivitas mempromosikan batik dengan cara mengenalkan sejarah batik, workshop pembuatan batik, pendirian kampung batik, serta aktivitas lainnya. Hal ini ditempuh untuk melestarikan motif batik dan regenerasi pembuat batik. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat karena mereka dinilai masih awam.
Bimo mengatakan meski masyarakat setiap hari melihat motif batik, umumnya tidak mengenal jenis motif dan filosofi dari motif batik ini. Ia percaya jika mereka semakin mengenal motif batik, rasa cintanya kepada batik akan semakin tumbuh. "Di balik motif batik, ada filosofi , ada makna cerita," ujar Bimo yang mendirikan KBBI bersama dengan Taufik Hidayat dan Muhammad Ridwan.
Khusus untuk kalangan menengah atas, biasanya Bimo melakukannya pengenalan batik di kafe-kafe. Di sini ia berbicara panjang lebar tentang sejarah batik karena audience kafe sangat antusias dengan sejarah batik. Sebagai contoh adalah batik Mega Mendung asal Cirebon.
Menurut Bimo, batik ini tercipta diawali dari perenungan Sultan Cirebon. Dalam perenungannya ia memandang ke langit. Awan ini membuat terpesona Sultan dan akhirnya diciptakan menjadi motif batik yang diberi nama mega mendung. Motif Mega Mendung Cirebon sangat unik.
Motif batik ini sangat berbeda dengan motif batik pada umumnya di wilayah pesisir Jawa. Anomali inilah yang menjadikan batik Mega Mendung menjadi bahan pengetahuan menarik bagi pencinta batik. Bukan berhenti di sini, di Cirebon, antara batik Kesultanan Kauman dan Kesultanan Kanoman memiliki beberapa perbedaan motif.
"Perbedaan batik Cirebon ini harus dipelajari dan dilestarikan untuk menunjukkan betapa kayanya motif batik Cirebon yang umumnya berwarna cerah," tegasnya. Bukan hanya batik Cirebon saja yang mengalami dinamika perubahan.
Di wilayah kekuasaan Mataram dulu, batik memiliki pola yang sama. Namun, seiring dengan lahirnya perjanjian Giyanti 1755 yang membagi kekuasaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta, batik mengalami perbedaan corak di kedua wilayah ini yang menjadi ciri khas masing-masing daerah.
Lantaran memiliki misi mulai melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia, Komunitas Batik Banget Indonesia kini telah memiliki 60 anggota dari perajin batik serta 1.600 orang pemerhati dan penggemar batik. "Sebagian besar di antaranya adalah anak muda," ujar Bimo.
Mereka selama ini berkomunkasi lewat jejaring sosial Facebook. Di sini semua masalah tentang batik diulas secara bersama. Jawaban seputar motif, produksi, pemasaran, dan busana dapat diperoleh melalui jejaring komunitas ini. Festival di Kampung Batik Mimpi KBBI yang kini tengah dirintis yaitu pendirian kampung batik di Jakarta.
Hal ini kemudian terlaksana pada tanggal 21-22 Mei 2011 di kampung rintisan yaitu Kampung Batik Palbatu, Menteng Dalam, Tebet, ketika KBBI menggelar acara festival dengan tema "Indahnya Batik Nusantara". Festival ini diisi dengan acara serbabatik, mulai dari bazar batik, pergelaran budaya, dan kuliner Nusantara.
"Festival ini menjadi ajang penampilan keragaman dan pelestarian batik melalui pameran berbagai jenis dan motif batik dari berbagai penjuru Nusantara," ujar Bimo tentang festival yang akan menjadi event tahunan ini. Kampung Batik Palbatu nantinya akan dijadikan kampung batik Betawi.
Batik Betawi sekarang ini masih eksis, namun diproduksi di Pekalongan. KBBI juga ingin membuat kampung batik Betawi sebagai ajang promosi dan transaksi jual-beli untuk produk batik di Jakarta khususnya, dan Nusantara pada umumnya. hay/L-4
Promosikan Batik Betawi
Pada setiap penyelenggaraan acara Abang-None Jakarta, Ismoyo W Bimo yang merupakan individu yang peduli dan cinta akan batik selalu mempertanyakan dari mana asal batik Betawi dibuat. Hasil penelusurannya memang tak menemukan batik Betawi tersebut diproduksi di wilayah Ibu Kota ini.
Batik Betawi, berdasarkan penelusuran Bimo, diproduksi oleh perajin di Pekalongan sebelum munculnya usaha Seraci Batik Betawi. Kondisi yang tidak biasa ini mendorongnya untuk merintis pembuatan batik Betawi dan menjadikan kampung batik Betawi di Jakarta. "Lewat komunitas ini, kami ingin menjadikan Kampung Palbatu sebagai kampung batik," ujar Bimo.
Jika Solo memiliki kampung batik Laweyan dan Cirebon memiliki kampung batik bernama Trusmi, maka Jakarta, dalam mimpi Bimo, memiliki Kampung Batik Palbatu di Menteng Dalam, Tebet. Saat ini, di Palbatu berdiri 6 gerai batik. Rencananya nantinya gerai di sini akan bertambah menjadi 20 rumah.
Sekarang ini, di Palbatu, batik Betawinya masih kurang dominan dibandingkan dengan motif batik dari tempat lain. Untuk melestarikan batik Betawi, Komunitas Batik Banget (KBBI) telah menggandeng perajin batik bernama Seraci Batik Betawi yang dimiliki oleh Ernawati.
Menurut Ernawati, batik Betawi yang dibuatnya telah mulai berkembang dan dikenal sejak 2010. Batik Betawi, menurut Ernawati, memiliki ciri warna yang ngejreng dan memiliki motif yang khas seperti gigi balang, pohon, dan sejenisnya. Motif si Pitung Ngelancong, motif Ngangon Kerbau, Nglajo, Nderep, Ndemplak, dan lainnya adalah motif-motif yang diperkenalkan oleh Seraci Batik Betawi.
Untuk mempromosikan batik Betawi, KKBI harus membuat kampung. Beberapa kali Bimo bersama rekannya Harry mencari tempat yang cocok. Namun, susahnya, seluruh wilayah di Jakarta seperti Tanah Abang dan Bendungan Hilir susah disebut dengan kampung sesuai dengan persepsi pikiran mereka. Sampai akhirnya menemukan lokasi yang sesuai yaitu di Jalan Palbatu di Menteng Dalam, Tebet, yang terhitung masih mudah diakses. hay/L-4
Regenerasi Pembatik Tulis
Sebagai penggagas Komunitas Batik Banget (KKBI), Ismoyo W Bimo mengatakan antusiasme pada batik yang ada di Indonesia ini masih sekadar pada batik cetak atau printed. Batik ini populer dipakai karena pertimbangan harga yang lebih murah dibandingkan batik tulis.
Namun, sebenarnya, menurut Bimo, batik yang sesungguhnya adalah batik yang ditulis dengan canthing dengan bahan malam. Istilah batik berasal dari kata amba dan tik yang artinya menggambar titik, bukan mencetak. Batik cetak, meski masih menggunakan malam dalam pengerjaannya, menurut Bimo dinamika perkembangannya masih belum lama.
Batik cetak ada sejak tahun 1942 ketika para perajin batik telah diperkenalkan penguasaan teknik mencetak pada kain. Oleh karenanya, dalam program pengenalan batik, KKBI mengenalkan batik tulis sebagai batik yang sesungguhnya yang harus dikuasai.
Para generasi muda diperkenalkan bagaimana membatik dengan teknik tulis secara baik dengan mengundang para ahlinya. Sekarang ini, menurut Bimo,KKBI sedang berusaha agar generasi batik tulis tidak habis. Di sentra-sentra batik seperti Pekalongan, Surakarta, Yoyakarta, dan Tasikmalaya misalnya, para pembatik tulis usianya rata-rata sudah uzur.
"Kalau tidak ada penerus tongkat estafet regenerasi siapa yang akan meneruskan?" kata Bimo setengah bertanya. Di zaman serba-instan seperti sekarang, teknik membatik dengan teknik tulis memang membutuhkan waktu pengerjaan yang amat lama, hingga 2-3 bulan untuk menyelesaikannya. Namun, hasil batik tulis memiliki nilai artisitik lebih tinggi dan lebih tinggi nilainya dari sisi komersial.
hay/L-4 & lt;p>Your browser does not support iframes.</p>
Persoalan regenerasi pembatik ini sudah cukup memprihatinkan karena hanya generasi tua saja yang masih mau melakukan produksi batik. Generasi muda di sentra batik lebih memilih profesi lain ketimbang mewarisi pekerjaan dari orang tuanya. Menyadari peliknya masalah memperjuangkan batik ini, maka muncullah kepedulian rakyat melalui dibentuknya Komunitas Batik Banget Indonesia (KBBI).
Awal didirikan tahun 2008, komunitas ini hanya ingin mengenalkan batik Indonesia dan melestarikan batik. Menurut Ismoyo W Bimo, penggagas Komunitas Batik Banget Indonesia, ketika itu, batik belum banyak dipakai dan terbatas penggenaannya untuk acara tertentu. Tapi, kini, setelah batik makin populer, motivasi mengenalkan batik terus berlanjut.
KBBI memiliki aktivitas mempromosikan batik dengan cara mengenalkan sejarah batik, workshop pembuatan batik, pendirian kampung batik, serta aktivitas lainnya. Hal ini ditempuh untuk melestarikan motif batik dan regenerasi pembuat batik. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat karena mereka dinilai masih awam.
Bimo mengatakan meski masyarakat setiap hari melihat motif batik, umumnya tidak mengenal jenis motif dan filosofi dari motif batik ini. Ia percaya jika mereka semakin mengenal motif batik, rasa cintanya kepada batik akan semakin tumbuh. "Di balik motif batik, ada filosofi , ada makna cerita," ujar Bimo yang mendirikan KBBI bersama dengan Taufik Hidayat dan Muhammad Ridwan.
Khusus untuk kalangan menengah atas, biasanya Bimo melakukannya pengenalan batik di kafe-kafe. Di sini ia berbicara panjang lebar tentang sejarah batik karena audience kafe sangat antusias dengan sejarah batik. Sebagai contoh adalah batik Mega Mendung asal Cirebon.
Menurut Bimo, batik ini tercipta diawali dari perenungan Sultan Cirebon. Dalam perenungannya ia memandang ke langit. Awan ini membuat terpesona Sultan dan akhirnya diciptakan menjadi motif batik yang diberi nama mega mendung. Motif Mega Mendung Cirebon sangat unik.
Motif batik ini sangat berbeda dengan motif batik pada umumnya di wilayah pesisir Jawa. Anomali inilah yang menjadikan batik Mega Mendung menjadi bahan pengetahuan menarik bagi pencinta batik. Bukan berhenti di sini, di Cirebon, antara batik Kesultanan Kauman dan Kesultanan Kanoman memiliki beberapa perbedaan motif.
"Perbedaan batik Cirebon ini harus dipelajari dan dilestarikan untuk menunjukkan betapa kayanya motif batik Cirebon yang umumnya berwarna cerah," tegasnya. Bukan hanya batik Cirebon saja yang mengalami dinamika perubahan.
Di wilayah kekuasaan Mataram dulu, batik memiliki pola yang sama. Namun, seiring dengan lahirnya perjanjian Giyanti 1755 yang membagi kekuasaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta, batik mengalami perbedaan corak di kedua wilayah ini yang menjadi ciri khas masing-masing daerah.
Lantaran memiliki misi mulai melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia, Komunitas Batik Banget Indonesia kini telah memiliki 60 anggota dari perajin batik serta 1.600 orang pemerhati dan penggemar batik. "Sebagian besar di antaranya adalah anak muda," ujar Bimo.
Mereka selama ini berkomunkasi lewat jejaring sosial Facebook. Di sini semua masalah tentang batik diulas secara bersama. Jawaban seputar motif, produksi, pemasaran, dan busana dapat diperoleh melalui jejaring komunitas ini. Festival di Kampung Batik Mimpi KBBI yang kini tengah dirintis yaitu pendirian kampung batik di Jakarta.
Hal ini kemudian terlaksana pada tanggal 21-22 Mei 2011 di kampung rintisan yaitu Kampung Batik Palbatu, Menteng Dalam, Tebet, ketika KBBI menggelar acara festival dengan tema "Indahnya Batik Nusantara". Festival ini diisi dengan acara serbabatik, mulai dari bazar batik, pergelaran budaya, dan kuliner Nusantara.
"Festival ini menjadi ajang penampilan keragaman dan pelestarian batik melalui pameran berbagai jenis dan motif batik dari berbagai penjuru Nusantara," ujar Bimo tentang festival yang akan menjadi event tahunan ini. Kampung Batik Palbatu nantinya akan dijadikan kampung batik Betawi.
Batik Betawi sekarang ini masih eksis, namun diproduksi di Pekalongan. KBBI juga ingin membuat kampung batik Betawi sebagai ajang promosi dan transaksi jual-beli untuk produk batik di Jakarta khususnya, dan Nusantara pada umumnya. hay/L-4
Promosikan Batik Betawi
Pada setiap penyelenggaraan acara Abang-None Jakarta, Ismoyo W Bimo yang merupakan individu yang peduli dan cinta akan batik selalu mempertanyakan dari mana asal batik Betawi dibuat. Hasil penelusurannya memang tak menemukan batik Betawi tersebut diproduksi di wilayah Ibu Kota ini.
Batik Betawi, berdasarkan penelusuran Bimo, diproduksi oleh perajin di Pekalongan sebelum munculnya usaha Seraci Batik Betawi. Kondisi yang tidak biasa ini mendorongnya untuk merintis pembuatan batik Betawi dan menjadikan kampung batik Betawi di Jakarta. "Lewat komunitas ini, kami ingin menjadikan Kampung Palbatu sebagai kampung batik," ujar Bimo.
Jika Solo memiliki kampung batik Laweyan dan Cirebon memiliki kampung batik bernama Trusmi, maka Jakarta, dalam mimpi Bimo, memiliki Kampung Batik Palbatu di Menteng Dalam, Tebet. Saat ini, di Palbatu berdiri 6 gerai batik. Rencananya nantinya gerai di sini akan bertambah menjadi 20 rumah.
Sekarang ini, di Palbatu, batik Betawinya masih kurang dominan dibandingkan dengan motif batik dari tempat lain. Untuk melestarikan batik Betawi, Komunitas Batik Banget (KBBI) telah menggandeng perajin batik bernama Seraci Batik Betawi yang dimiliki oleh Ernawati.
Menurut Ernawati, batik Betawi yang dibuatnya telah mulai berkembang dan dikenal sejak 2010. Batik Betawi, menurut Ernawati, memiliki ciri warna yang ngejreng dan memiliki motif yang khas seperti gigi balang, pohon, dan sejenisnya. Motif si Pitung Ngelancong, motif Ngangon Kerbau, Nglajo, Nderep, Ndemplak, dan lainnya adalah motif-motif yang diperkenalkan oleh Seraci Batik Betawi.
Untuk mempromosikan batik Betawi, KKBI harus membuat kampung. Beberapa kali Bimo bersama rekannya Harry mencari tempat yang cocok. Namun, susahnya, seluruh wilayah di Jakarta seperti Tanah Abang dan Bendungan Hilir susah disebut dengan kampung sesuai dengan persepsi pikiran mereka. Sampai akhirnya menemukan lokasi yang sesuai yaitu di Jalan Palbatu di Menteng Dalam, Tebet, yang terhitung masih mudah diakses. hay/L-4
Regenerasi Pembatik Tulis
Sebagai penggagas Komunitas Batik Banget (KKBI), Ismoyo W Bimo mengatakan antusiasme pada batik yang ada di Indonesia ini masih sekadar pada batik cetak atau printed. Batik ini populer dipakai karena pertimbangan harga yang lebih murah dibandingkan batik tulis.
Namun, sebenarnya, menurut Bimo, batik yang sesungguhnya adalah batik yang ditulis dengan canthing dengan bahan malam. Istilah batik berasal dari kata amba dan tik yang artinya menggambar titik, bukan mencetak. Batik cetak, meski masih menggunakan malam dalam pengerjaannya, menurut Bimo dinamika perkembangannya masih belum lama.
Batik cetak ada sejak tahun 1942 ketika para perajin batik telah diperkenalkan penguasaan teknik mencetak pada kain. Oleh karenanya, dalam program pengenalan batik, KKBI mengenalkan batik tulis sebagai batik yang sesungguhnya yang harus dikuasai.
Para generasi muda diperkenalkan bagaimana membatik dengan teknik tulis secara baik dengan mengundang para ahlinya. Sekarang ini, menurut Bimo,KKBI sedang berusaha agar generasi batik tulis tidak habis. Di sentra-sentra batik seperti Pekalongan, Surakarta, Yoyakarta, dan Tasikmalaya misalnya, para pembatik tulis usianya rata-rata sudah uzur.
"Kalau tidak ada penerus tongkat estafet regenerasi siapa yang akan meneruskan?" kata Bimo setengah bertanya. Di zaman serba-instan seperti sekarang, teknik membatik dengan teknik tulis memang membutuhkan waktu pengerjaan yang amat lama, hingga 2-3 bulan untuk menyelesaikannya. Namun, hasil batik tulis memiliki nilai artisitik lebih tinggi dan lebih tinggi nilainya dari sisi komersial.
hay/L-4 & lt;p>Your browser does not support iframes.</p>
Di Jakarta pun ada Kampoeng Batik
KOMPAS.com
— Solo terkenal dengan kampung batiknya, Laweyan. Toko-toko penjual
batik di sepanjang jalan itu sekaligus menjadi rumah bagi penjualnya.
Pengrajin batik dan penjualnya menjadi satu, berjejeran di sepanjang
jalan Kampung Laweyan. Di sini pengunjung bisa berbelanja dan melihat
juga cara dan proses pembuatan batik.
Jakarta ternyata juga
memiliki Kampung Batik. Meski tak sebesar Laweyan, Jakarta telah mulai
membangun kampung batiknya sendiri sejak Mei 2011. Kampung batik yang
terletak di Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan, ini bahkan telah dua kali
tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Rekor MURI pertama
diperoleh pada 2011 karena Palbatu memiliki jalan terpanjang yang dicat
dengan motif batik (133,9 meter). Rekor MURI kedua diperoleh tahun ini
karena Palbatu memiliki jumlah rumah warga yang paling banyak dicat
dengan motif batik. Total sekitar seratus rumah.
Dari mana
datangnya kampung batik di Ibu Kota? Seorang pencinta batik bernama
Ismoyo W Bimo sempat terinspirasi dengan konsep Kampung Batik Laweyan
di Solo. Pendiri komunitas Batik Banget ini ingin membuat satu wilayah
kampung batik di Jakarta.
Idenya didengar oleh Iwan Darmawan,
yang kemudian mengenalkannya kepada Harry Domino. Bersama satu teman
lain bernama Safri, keempat pria ini pun mengadakan acara Jakarta Batik
Carnival di Palbatu pada 21 dan 22 Mei 2011.
"Saat itu kami
mengundang 16 pengrajin untuk datang ke Palbatu, mengadakan pameran,
sekaligus mengenalkan batik kepada warga sekitar," kenang lelaki yang
akrab disapa Bimo itu kepada Kompas Female seusai pembukaan Jakarta Batik Carnival 2012.
Sebagai
kelanjutan dari kesuksesan Jakarta Batik Carnival 2011, Bimo dan
teman-temannya melanjutkan misi untuk membangun Kampung Batik di
Palbatu. Ide mereka mendapat dukungan dari warga, tetapi tak sedikit
pula yang menentangnya.
"Kami coba cat satu rumah warga dengan
motif batik, akhirnya yang lain ingin dicat juga. Jadi merembet ke
semua rumah. Itu yang pro. Kalau warga yang kontra karena menganggap
konsep kampung batik nantinya akan membuat kebisingan dan limbah
canting yang merusak lingkungan," ungkap Bimo.
Bimo dan
teman-temannya pun menjelaskan kepada warga bahwa tidak akan ada
kebisingan yang mengganggu ketenangan warga karena kegiatan mencanting
akan berpusat di sanggar-sanggar. Selain itu, proses pewarnaan dan
pencelupan batik tidak dilakukan di Palbatu, tetapi oleh perajin batik
di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
"Anak-anak warga di sini
belajar mencanting di sanggar. Saat ini sudah ada dua sanggar, yakni
Sanggar Cantingku dan Sanggar Setapak. Anak-anak itu tahu prosesnya
kain batik sampai pewarnaan dan pencelupan, tetapi praktiknya tidak di
sanggar. Jadi, warga tidak perlu khawatir lagi dengan isu limbah
canting," kata Bimo.
Setelah warga menerima konsep kampung batik
yang ditawarkan Bimo dan teman-temannya, konsep ini kemudian disepakati
oleh 13 rukun tetangga (RT) dari 15 RT di wilayah Palbatu. Selama
satu tahun, sudah dua RT rumah warga yang dicat dengan motif batik,
masing-masing RT terdiri dari 50-an rumah. Tahun ini, rumah-rumah di
lima RT lainnya akan dicat dengan motif batik. Sisanya akan terus
dilanjutkan tahun-tahun berikutnya.
"Kami berharap, dua RT lagi
bisa menyetujui konsep kampung batik ini sehingga seluruh wilayah
Palbatu bisa menjadi kampung batik sebesar Laweyan di Solo. Saat ini
saja, sudah ada 7 gerai batik yang dibangun setelah konsep kampung
batik ini diterapkan," tambah Bimo.
Batik Betawi
Menurut
Bimo, dipilihnya Palbatu sebagai wilayah penerapan konsep kampung
batik di Jakarta merupakan hal yang tepat. Ia menuturkan, dalam
sejarahnya, Palbatu merupakan titik persinggungan antara
Setiabudi-Karet-Semanggi-Benhil-Tanah Abang-Palmerah, yang dulunya
merupakan tempat produksi batik Betawi.
"Sekarang wilayah-wilayah
itu sudah jadi pusat kegiatan komersial, jadi saya rasa tepat jika
kami memilih Palbatu sebagai wilayah untuk melestarikan budaya
Indonesia," ujar Bimo.
Bagi Bimo, membangun kampung batik di
Palbatu merupakan perjuangan kecil yang bisa dilakukannya bersama
teman-temannya untuk melestarikan budaya di Jakarta yang megapolitan.
Jika tahun lalu mereka hanya berempat, kini semua warga Palbatu sudah
membuka diri untuk membantunya membangun konsep kampung batik. Upaya
itu juga didukung oleh Yayasan Nalacity yang telah mengirimkan tenaga
untuk mengadakan Jakarta Batik Carnival 2012. Ada pula tambahan sponsor
dari perusahaan AkzoNobel Decorative Paints Indonesia (PT ICI Paints
Indonesia), yang dikenal sebagai penyedia cat premium Dulux.
"Harapan
saya dengan adanya kampung batik ini adalah warga bisa mengerti
mengapa batik harganya mahal karena pembuatannya sulit. Namun,
sesulit-sulitnya pembuatan batik, ini adalah warisan nenek moyang
ratusan tahun lalu, yang harus kita lestarikan hingga seratus tahun
kemudian," kata Bimo.
Editor :
Laksono Hari W
Selasa, 11 September 2012
Pewarnaan Batik
Bila kita meninjau mengenai batik maka kita bertanya terlebih
dahulu dasi segi mana kita akan meninjau.Batik dapat ditinjau dari
berbagai segi yaitu sebagai seni batik dan teknik batik.Peninjau batik
menurut segi seni batik yakni meninjau dari pewarnaan baik itu arti
warna, keharmionisan dan sebagainya tentang pewarnaan.Sedangkan dari
segi teknik yakni melihat bahan, teknik maupun proses dalam
pewarnaannya. Penijauan ini saling berkaitan sangat sulit untuk
memisahkannya kedua unsur ini. Apalagi dengan meninjau secara
kronologis urutan mengenai zaman maupun periode pembuatan hal ini
karena bahan-bahan yang kita miliki belum terlalu lengkap.
Secara umum warna-warna yang sering dipapaki dalam pewarnaan batik sebagai berikut :
1. Warna hitam
2. warna biru tua
3. warna soga/ coklat
4. warna mengkudu/ merah tua
5. warna hijau
6. warna kujning
7. warna violet
Zaman
dahulu kain batik hanya dibuat dengan satu macam warna yakni merah tua
atau biru tua seperti di daerah Jawa Barat yang disebut “kain simbut”
dengan motif garis-garis berwana putih dan warna dasar merah tua. Di
jawa tengah dikenal dengan “kain kelengan” yang berwarna dasar biru
tua. batik dengan satu warna ini cukup popular di daerah Jawa Barat
seperti kain balakbag dari tasik dan “mego-mendung” serta “kain
bukit-batu” dari Cirebon.
Dalam perkembangan selanjutnya
pewarnaan menggunakan dua macam warna yakni biru tua dan warna soga
atau coklat. Hal ini bergantung bagaimana proses pembuatannya, warna
biru tua masih tetap atau berubah menjadi hitam kerna pengaruh warna
coklat. Kain dengan pearnaan ini cukup popular di daerah Jawa Tengah
seperti dari Jogja, Sala Semarang dan Ponorogo. sedangkan di daerah
Jawa Barat dikenal dengan proses Bedesan. di daerah Pekalongan, Lasem,
Cirebon sudah biasa menggunakan warna-warna lain seperti hijau,kuning,
merah dan ungu.
Namun dengan perkembangan teknologi
pewarnaan batik senantiasa berkembang dan semakin bervariatif. sehingga
batik menjadi lebih hidup dan semakin berinteraksi dengan manusia
selain dengan keindahan motif-motif yang dimilikinya,
Motif Udan Riris
Motif atau corak yang diberi nama Udan Riris
tercipta pada peristiwa di saat pakubuwono menjalani Laku Teteki. Yang
disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan menjalani laku
Kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada didesa Laweyandan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai Ageng Henis
Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup suasana
inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan corak batik Udan Riris.
Sekilas Motif Batik Betawi
Koleksi dari : Seraci Batik Betawi
Batik Toraja
PERJALANAN PANJANG SENI BATIK (1)
TEKNIK MEMBATIK SUDAH ADA SEJAK ABAD KE V DI TANAH PASUNDAN DAN TORAJA
TEKNIK MEMBATIK SUDAH ADA SEJAK ABAD KE V DI TANAH PASUNDAN DAN TORAJA
Batik bisa disebut produk asli Indonesia, bila ditilik bahwa produk
kain yang mengalami proses celup rintang atau proses menahan warn
a
ini dikenal sejak abad ke V di Tanah Pasundan dan Tanah Toraja.Dimana
pada teknik menghias dengan menahan warna pada batik yang dikenal saat
ini adalah dengan menggunakan lilin malam. Proses celup rintang atau
menahan warna, adalah proses pelukisan di atas kain menggunakan lilin
malam sebagai perintang/penahan warna pada saat kain dicelupkan pada
cairan berwarna.
Sebelum batik seperti yang sekarang dikenal
ada, yaitu teknik menghias dengan menahan warna/celup rintang memakai
lilin malam, di Indonesia sudah dikenal batik dengan teknik lebih
sederhana. Cikal bakal batik dapat ditelusuri dari KAIN SIMBUT dari
Tanah Pasundan tepatnya di Banten dan KAIN SARITA dari Tanah Toraja di
Sulawesi Selatan yang memakai bubur ketan dan lilin lebah sebagai
perintang warna.
Kain Simbut, di jaman Kerajaan Tarumanagara,
dimana ditemukan artefak (abad ke V) yang menjelaskan tentang teknik
menahan warna pada kain simbut, yaitu dengan menggunakan bahan dari
bubur ketan. Sebagai penahan warna pada kain simbut dipakai nasi pulut
(bubur ketan) yang dilumatkan dan dicampur air gula. Kain lalu
dicelupkan ke dalam cairan pewarna yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan.
Kemudian nasi pulut dikerok dan bagian yang ditutupi nasi pulut tetap
tinggal putih seperti warna asli kain.
Sementara itu pada abad
ke V pula, kain sarita dari Toraja, Sulawesi Selatan, memakai teknik
menahan warna selain memakai bubur ketan juga menggunakan bahan dari
lilin lebah. Sarita pertama kali dikerjakan di daerah pegunungan yang
terisolasi sehingga ada dugaan, Indonesia memiliki cikal bakal batik
dari dalam wilayahnya sendiri.
Menurut TT Soerjanto, kurator
pada Museum Batik Kuno Danar Hadi (Solo) dan juga mantan Kepala Balai
Pengembangan Batik di Yogyakarta bahwa produk kain yang mengalami proses
celup rintang ini dikenal sejak abad V di Tanah Pasundan dan Tana
Toraja. Setelah menyusuri database ilmiah Pro-Quest, dapatkan satu
thesis master yang disubmitted di California State University, oleh
Trish Hodge (1999) yg mengurai ringkas sejarah batik (hal 13-19).
Mengutip Heringa (1996), konon batik ini diperkenalkan oleh orang India,
pada saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan putranya dengan putri India,
sekitar tahun 700 M. Dalam bagian lainnya, disebut kalau batik dalam
bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh orang Toraja (Tana
Toraja, Sulawesi Selatan). Sementara kata “BATIK” itu sendiri baru
secara tertulis ditemukan pada tahun 1641 dalam dokumen pengiriman
barang dari Batavia (Jakarta) ke Bengkulu, sedangkan menurut pakar batik
Belanda, Rouffaer (1914), referensi pertama tentang "batik" ini merujuk
ke tahun 1520 (Gittinger, 1985)
Maka wajar bila perjalanan
dalam rentang waktu yang cukup panjang, 15 abad, telah menjadikan batik
sebagai satu wahana ungkapan dunia pikir atau kosmologi yang pernah
hidup di suatu masyarakat. Lebih dari sekadar wahana ungkapan estetik
belaka. Melalui batik, masyarakat mengungkapkan dunia pikir yang hidup
pada zamannya; yaitu meliputi kepercayaan, mitos, konsepsi penciptaan
kehidupan, jagat raya, harmoni hidup, etika, adat istiadat, dan
seterusnya.
(Vey/sumber : Iwan Tirta + Museum Batik Kuno Danar Hadi Solo/foto: motif Batik kuno suku Toraja)
Inovasi Batik - Canting Elektrik
(antaranews)
Langganan:
Postingan (Atom)